Petani di Mojokerto Keluhkan Pupuk Subsidi Langka Saat Musim Tanam

 

Tagarterkini.com, Mojokerto – Sejumlah petani di wilayah Mojokerto mengeluhkan kelangkaan pupuk subsidi. Padahal, pupuk sangat dibutuhkan petani terutama di musim tanam.

Kelangkaan pupuk itu seperti dialami petani di Kecamatan Kemlagi. Menurut salah satu petani yang tidak berkenan disebutkan namanya, ia kesulitan mencari pupuk sudah beberapa bulan ini.

“Sudah datang ke kios untuk minta pupuk urea cuman tidak dapat, katanya stok sudah habis,” katanya, Senin (29/11/2021).

Lebih lanjut, lantaran langka beberapa petani mengakali dengan menggunakan pupuk organik. Hanya saja persiapan dalam pembuatan pupuk organik membutuhkan waktu pembuatan yang relatif lama.

“Kalo pupuk organik butuh waktu lama kalo persiapan, kalo tidak siap ya tidak digarap (sawah),” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Mutain petani di Desa Banjarsari, Kecamatan Jetis. Dia juga mengaku kesulitan dalam mencari pupuk subsidi. “Iya benar, pupuk Urea dan ZA mengalami kelangkaan, obat-obat petani juga mahal,” ucap petani di Desa Banjarsari ini.

Selama ini, dalam memenuhi kebutuhan pertanian dirinya terpaksa harus membeli pupuk non subsidi dengan harga jauh lebih mahal. “Seperti harga pupuk ZA subsidi yang berkisar Rp 85.000 sedangkan yang non subsidi harganya Rp 240.000. Rata-rata yang mengalami kelangkaan ZA, Ponska, sama urea,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Nurul Istiqomah mengatakan, kelangkaan pupuk di Mojokerto disebabkan alokasi Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (e-RDKK) dari Dinas Pertanian tidak dicukupi oleh pusat. “Alokasi pupuk di RDKK yang diajukan tidak dicukupi oleh pusat sehingga terjadi kekurangan pupuk,” ucap singkat Nurul.

Terpisah, Kasi Pupuk dan Pestisida (Disperta) Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Syaifudin mengatakan, pemerintah pusat hanya memenuhi 77 persen dari yang diajukan Disperta melalui sistem RDKK. Itupun zatah dosis pupuk juga dipangkas. “Yang kami ajukan melalui e-RDKK sekitar 66.207 ton cuman tidak dipenuhi. Itupun ada yang dipangkas dosisnya, seperti pupuk urea yang awalnya perhektar dapat 300 kg sekarang hanya 150 kg,” ucapnya.

Saat ini, dinas pertanian masih berupaya untuk mendapatkan stok pupuk bersubsidi tambahan dari Pemerintah Provinsi. Selain itu, disetiap kios pertanian juga ditambah alokasi pupuk non subsidi sebagai alternatif pupuk subsidi yang masih langka. “Sudah kita ajukan ke Provinsi untuk penambahan stok pupuk bersubsidi, kita juga menambah stok pupuk non subsidi di setiap kios. Hanya saja pupuk non subsidi harganya lebih mahal, sejak bulan Juli lalu juga harganya naik,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *